DILEMA
KARTU JAKARTA SEHAT
Oleh:
Achmad Fadhilah, Pendidikan Geografi FIS
UNY.
Program
Kartu Jakarta Sehat (KJS) merupakan salah satu program andalan Pemerintah DKI
Jakarta. Program ini merupakan realisasi dari janji yang kepala daerah yang
baru yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) semasa
kampanye Pilgub DKI tahun 2012. Banyak pihak mengatakan bahwa program tersebut
hanyalah sebagai “balas jasa” atas terpilihnya Jokowi dan Ahok sebagai gubernur
dan wakil gubernur DKI Jakarta. Terlepas dari anggapan miring sebagian pengamat,
program tersebut telah berjalan selama satu tahun lebih. Penerapan program
Kartu Jakarta Sehat (KJS) tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang
muncul . Berdasarkan hal tersebut, penulis akan membahas sejumlah permasalahan
program Kartu Jakarta Sehat (KJS) terutama masalah melonjaknya pasien yang
berdampak pada jam kerja tenaga medis dan bagaimana upaya mencari solusi dari
permasalahan tersebut.
Kartu
Jakarta Sehat bertujuan untuk membantu pasien atau penduduk miskin yang tidak
memiliki cukup biaya untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit. Jumlah
penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta pada bulan september 2013 sekitar 375.700
jiwa (BPS DKI Jakarta, 2014: 1). Mereka umumnya lebih memilih membeli obat yang
dijual di warung-warung untuk mengobati penyakitnya. Bahkan, beberapa pasien
terpaksa tidak berobat atau memeriksakan kondisi kesehatannya karena tidak
punya uang untuk berobat. Dengan Kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu
jaminan bagi mereka agar dapat berobat ke rumah sakit. Program Kartu Jakarta
Sehat diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan di atas. Dengan program
tersebut, pasien yang memiliki KJS dapat berobat ke rumah sakit yang terdaftar
dalam program KJS. Namun demikian, ada beberapa syarat bagi pasien jika ingin
memiliki KJS. Syarat tersebut ialah pasien pemegang KJS adalah penduduk/keluarga
miskin yang dikriteriakan oleh Badan Pusat Statistik.
Teknis
pelaksanakan Kartu Jakarta Sehat adalah dengan memberikan kartu kepada yang
berhak menerimanya. Kemudian kartu tersebut dapat dipakai ketika berobat ke
rumah sakit yang telah terdaftar dalam program Kartu Jakarta Sehat. Sebanyak
340 puskesmas dan 88 rumah sakit yang bekerja sama dengan Unit Penyelenggarakan
Jaminan Kesehatan Daerah (UP Jamkesda) untuk melayani pasien dalam program
Kartu Jakarta Sehat (http://megapolitan.kompas.com)
. Pada saat berobat ke puskesmas, pasien program KJS diharuskan membawa Kartu
Jakarta Sehat atau Kartu Gakin/Kartu Jamkesda. Jika belum mempunyai Kartu
Jakarta Sehat, pasien hanya perlu membawa KTP atau Kartu Keluarga. Sedangkan
jika berobat ke rumah sakit, pasien diwajibkan Kartu Jakarta Sehat/Kartu Gakin/Kartu
Jamkesda disertai surat keterangan rujukan dari puskesmas. Pihak puskesmas atau
rumah sakit akan mencatat biaya periksa dan pengobatan pasien prgram KJS dan
akan menagih klaim KJS kepada Unit Penyelenggrana Jaminan Kesehatan Daerah (UP
Jamkesda).
Berbagai
dampak dirasakan dari adanya program KJS ini. Diantaranya adalah bertambahnya
jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit. Dengan adanya jaminan berupa KJS,
masyarakat tidak merasa khawatir tidak mampu membayar jika berobat ke rumah
sakit. Data dari beberapa rumah sakit mencatat jumlah pasien mengalami kenaikan
setelah program Kartu Jakarta Sehat. Sebagai contoh di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) jumlah pasien melonjak tajam setelah diterapkannya program
KJS pada bulan November 2012. Juru bicara RSCM, Sulasti, mencatat jumlah pasien
pada bulan Oktober berjumlah 2.889 pasien, November sebanyak 5358 pasien, dan
Desember mencapai 7.036 pasien (http://www.tempo.co).
Dari dampak kenaikan pasien tersebut, muncul beberapa persoalan baru
diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana, tidak siapnya rumah sakit menerima
lonjakan pasien , jam kerja pegawai rumah sakit baik itu dokter, tenaga medis
pembantu, dan pegawai biasa yang bertambah panjang, dan persoalan penunggakan
klaim KJS oleh Unit Penyelerengara Jamkesda.
Dampak
melonjaknya jumlah pasien seperti buah simalakama. Di satu sisi program KJS
dapat membantu penduduk miskin untuk berobat ke rumah sakit, di sisi yang lain
pihak rumah sakit khususnya tenaga medis seperti dokter kewalahan menangani
pasien yang membludak. Banyak dari mereka yang memiliki KJS dapat menikmati
pengobatan gratis yang belum pernah didapat sebelumnya. Selain itu kesehatan
penduduk miskin juga terjamin dan akan meningkatkan kualitas hidup. Namun, berbagai dampak dirasakan oleh pihak rumah sakit
seperti yang tersebut di atas. Dampak yang paling dirasakan dari pihak rumah
sakit adalah lamanya waktu kerja dokter dan tenaga medis lain yang harus lembur
untuk menangani pasien. Melonjaknya pasien tidak cukup ditangani pada jam kerja
biasa. Sehingga diperlukan waktu lebih lama hingga malam untuk memeriksa
pasien. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dokter dan tenaga
medis.
Untuk
mengatasi masalah jam kerja dokter dan tenaga medis yang bertambah, diperlukan
solusi yang adil agar program KJS yang bertujuan baik ini tidak menambah beban
di pihak penyelenggara layanan kesehatan. Penambahan dokter dan tenaga medis
mendesak untuk dilakukan untuk menangani pasien KJS yang melonjak. Perlu
dilakukan sistem piket/jam kerja tambahan bagi para dokter dan tenaga medis
yang secara rutin bergantian melayani pasien. Sehingga beban dokter dan tenaga
medis akan menjadi ringan. Insentif tambahan juga perlu diberikan kepada mereka.
Selain itu, melonjaknya pasien juga harus disiasati dengan cara membagi rata ke
seluruh rumah sakit yang ada di Provinsi DKI Jakarta Dengan demikian tidak
terjadi penumpukan pasien pada rumah sakit tertentu.
Program
Kartu Jakarta Sehat (KJS) sejatinya merupakan suatu terobosan yang baik dalam rangka
pemberikan pelayanan kesehatan gratis bagi pasien miskin. Namun, program ini
jangan sampai menimbukan masalah baru kaitannya dengan meningkatnya jumlah
pasien yang berobat ke rumah sakit. Masalah seperti lamanya jam kerja dokter
dan tenaga medis perlu diatasi dengan penambahan dan pembagian jam kerja
tambahan. Pihak terkait juga perlu melakukan pembagian pasien agar dapat
terlayani dengan baik.
Daftar
Pustaka
Akuntono, Indra. 2012. Ini Dia
Daftar RS Rujukan Kartu Sehat. http://megapolitan.kompas.com.
Diakses pada 14 April 2014.
Anonim. 2012. Begini Caranya Dapat
Kartu Jakrta Sehat. http://www.tribunnews.com/.
Diakses pada 14 Juli 2014.
BPS Provinsi DKI Jakarta. 2013. Berita Resmi Statistik. http://bps.jakarta.go.id.
Diakses pada 13 April 2014.
Jayadi, Supriadi. 2013. Pasien Kartu Sehat di RSCM Melonjak 4 Kali
Lipat. http://www.tempo.co.
Diakses pada 14 April 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar