Minggu, 13 Juli 2014

Identifikasi Wilayah Kepesisiran Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat

IDENTIFIKASI WILAYAH KEPESISIRAN PANGANDARAN, CIAMIS, JAWA BARAT
Achmad Fadhilah
Jurusan Pendidikan Geografi, FIS, UNY
Gambar 01. Tombolo menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Pananjung
Secara geografis, Wilayah Kepesisiran Pangandaran berada di bagian selatan Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Wilayah tersebut memiliki tipologi pesisir yang bervariasi. Terdapat tiga tipologi  pesisir di Wilayah Kepesisiran Pangandaran, yaitu: marine deposition coast, wave erosion coast, dan coast built by organism. Ketiganya merupakan tipologi pantai sekunder (secondary coast). Namun, secara umum lebih banyak didominasi oleh tipologi marine deposite coast. Marine deposition coast adalah pesisir yang dibentuk oleh deposisi material sedimen marin (Totok dkk., 2005). Pada wilayah tersebut, marine deposition coast ditandai dengan adanya material sedimen marin berupa gisik-gisik. Sedangkan, pada bagian timur ditandai dengan adanya tombolo. Tombolo adalah gisik-gisik yang menghubungkan suatu pulau dengan daratan utama (Lobeck, 1939). Tombolo ini terbentuk karena proses deposisi marin yang terhalang oleh sebuah pulau. Kemudian pada bagian yang tidak terhalang, pengangkutan material marin diteruskan dan dibelokkan menuju ke bagian yang terhalang pulau. Lambat laun material marin yang berupa gisik-gisik akan terkumpul di bagian yang terhalang pulau dan menghubungkan antara pulau utama (Jawa) dengan pulau kecil (Pananjung). Seiring berkembangnya pariwisata di Wilayah Kepesisiran Pangandaran, tombolo telah dipadati oleh rumah-rumah warga dan resort.

Gambar 02. Terlihat tombolo dipadati oleh pemukiman warga dan resort.
Di bagian barat tombolo terdapat gisik-gisik yang merupakan dissipative beach. Dissipative beach dicirikan oleh gisik-gisik yang landai dan gelombang terhamburkan. Hal tersebut dapat terbentuk karena gelombang yang datang secara bersamaan menghantam permukaan pantai (shore) yang lebar dan relatif datar. Sehingga semakin lama kekuatan gelombang menjadi berkurang dan terhamburkan. Proses yang sama juga terjadi bagian timur tombolo. Namun karena bagian tersebut terhalang oleh Pulau Pananjung, gelombang yang datang berkekuatan lemah. Sehingga pengedapan material sedimen marin tidak intens dan hanya menghasilkan gisik saku (pocket beach).
Gambar 03. Gisik membentuk susunan zig-zag.
Sedangkan, pada bagian barat Wilayah Kepesisiran Pangandaran terdapat intermediatte beach.  Intermediatte beach terbentuk karena pada bagian barat Wilayah Kepesisiran Pangandaran, gelombang tidak datang secara bersamaan. Sehingga material sedimen marin yang dihasilkan berbentuk zig-zag. Selain itu, gelombang datang (swash) tidak tegak lurus dengan bibir pantai melainkan menyerong dari arah tenggara. Kemudian sapuan balik (backwash) kembali dengan sudut tegak lurus dengan pantai (shore). Pada saat sapuan balik (backwash) belum mencapai breaker zone, gelombang datang kembali menuju pesisir. Proses tersebut terjadi berulang kali dan membentuk ingsutan pantai (beach drift).
Gb. 04. Cliff di Pulau Pananjung                                                            Gb. 05 Sea stack
   Batu Layar
Pada bagian selatan Pulau Pananjung, tipologi pesisir yang terbentuk adalah wave erosion coast. Wave erosion coast adalah pesisir dengan garis pesisir yang terbentuk akibat aktivitas gelombang, yang mungkin berpola lurus atau tidak teratur, tergantung pada komposisi maupun struktur dari batuan penyusun, seperti pada proses erosi atau abrasi pada tebing pantai (Totok dkk., 2005). Pada wilayah tersebut, tipologi wave erosion coast dicirikan oleh cliff dan stack. Cliff merupakan bentuklahan pada wilayah pesisir yang ditandai dengan tebing curam hasil dari erosi gelombang (Thornburry, 1969). Material cliff yang terdapat di Pulau Pananjung berupa batuan. Gelombang yang datang mengikis bagian selatan pulau. Proses tersebut berlangsung terus-menerus hingga akhirnya membentuk tebing curam (cliff). Pada bagian cliff yang menjorok ke laut, proses pengikisan material cliff juga berlangsung pada sisi samping cliff. Dimana proses yang terjadi adalah pembelokan gelombang ke arah samping cliff. Bagian sisi samping akan tererosi lebih cepat daripada bagian depan cliff karena pengaruh tenaga gelombang yang kuat dan terakumuluasi. Proses erosi gelombang tersebut berlangsung lama pada lapisan batuan yang lebih lemah terbentuk  plengkung laut (sea arc). Pada bagian plengkung laut yang memiliki atap yang lemah, maka atap tersebut runtuh dan sisa dari plengkung laut yang masih utuh berubah menjadi pilar laut (sea stack). Pada Wilayah Kepesisiran Pangandarn terdapat banyak sea stack dan yang paling besar adalah sea stack Batu Layar.
Gb. 06. Tampak bagian shore yang gelap adalah kumpulan          Gb. 07                                terumbu karang.                                           
Tipologi pesisir selanjutnya adalah tipologi coast built by organism. Coast built by organism merupakan pesisir dengan garis pesisir yang terbentuk akibat aktivitas hewan atau tumbuhan, termasuk terumbu karang yang dibentuk oleh alga dan oister, atau tumbuh-tumbuhan seperti mangrove atau rumput-rumput rawa (marsh grasses) (Totok dkk., 2005). Pada Wilayah Kepesisiran Pangandaran, tipologi tersebut dicirikan oleh hamparan terumbu karang (coral reef). Meskipun demikian, jumlah terumbu karang di Wilayah Kepesisiran Pangandaran tidak banyak dan keberadaannya berasosiasi dengan marine deposition coast. Hal tersebut dapat terlihat melalui citra satelit menggunakan aplikasi Google Earth (Gb. 06). Bagian yang lebih gelap yang berada di pantai (shore) merupakan terumbu karang. Kumpulan terumbu tersebut karang terpisah antara satu dengan yang lain dan dibatasi oleh material sedimen marin.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Totok dkk.. 2005. Pedoman Survey Cepat Terintegrasi Wilayah Kepesisiran. Yogyakarta: Badan Penerbit dan Percetakan Fakultas Geografi.
Thornburry, Willian D.. 1969. Principles of Geomorphology Second Edition. New York:John Willey and Sons, Inc.
Lobeck, A.K.. 1939. Geomorphology An Introduction to the Study of Landscapes. New York: McGraw-hill Book Company.Inc.
Sumber Gambar:
Gb. 01. Maps.google.com. Diakses pada tanggal 25 November 2013.
Gb. 02. Maps.google.com. Diakses pada tanggal 25 November 2013.
Gb. 03. Maps.google.com. Diakses pada tanggal 25 November 2013.
Gb. 04. Maps.google.com. Diakses pada tanggal 26 November 2013.
Gb. 05. Visit-pangandaran.com. Diakses pada tanggal 26 November 2013.
Gb. 06. Maps.google.com. Diakses pada tanggal 26 November 2013.

Gb. 07. Tour-pangandaran.me. Diakses pada tanggal 26 November 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peta Pengunaan Lahan di Kabupaten Bantul

View larger map